Belajar dari Pak Tua Penggarap Sawah

Hampir tiap 4 bulan sekali aku mengunjungi daerah Ciparay Kabupaten Bandung. Kedatanganku kesana adalah tiada lain dan tiada bukan untuk mengambil hasil panen dari sawah yang digarap oleh seorang pak tua, namanya Mang Etik.
Aku bukanlah orang kaya, sawah ku disana hanya sepetak, saudaraku pun membeli sawah di daerah yang sama, jadi bila di totalkan lumayan lah ada 250 tumbak atau sekitar 3500 m2, belum nyampe sehektar tapi disyukuri saja hehehe. Dari luas tanah tsb dapat dihasilkan 16 – 18 kwintal padi basah yang dapat dijual ke pengepul sekitar Rp. 4000 – 4200 / kg nya. 

Sering terbersit dalam pikiranku, apakah dengan profesi sebagai penggarap sawah dapat mencukupi semua kebutuhan keluarganya. Bila di hitung-hitung, pak tua tsb menggarap 1 hektar sawah maka penghasilan dalam setahun hanya sekitar 20 jutaan, artinya  sekitar 1,6 juta per bulan. Ah tentu sangat jauh dari kata cukup .. tapi kesederhanaan dan cara mengelola uang lah yang diterapkan oleh pak tua tsb.

Tujuanku membeli sawah di kabupaten Bandung adalah karena ingin sekali memiliki penghasil padi sendiri, tak bisa dipungkiri bahwa lahan sawah semakin ke era modern ini semakin menyempit, setidaknya untuk keperluan makan aku dan keluargaku dapat tercukupi dari situ. Tapi bila suatu saat nanti dapat dijual dengan harga tinggi ya terpaksa deh dijual hehehe.

Kembali lagi ke Mang Etik, Mang Etik adalah seorang bapak tua yang menggarap sawahku, beliau memiliki 7 orang anak, orangnya sangat ramah, tinggal di sebuah rumah kecil di Ciparay. 
Setiap kali aku berkunjung ke sana, banyak sekali makanan khas desa yang beliau siapkan untuk kami bawa. Beliau tidak memandang hidupnya yang berkesusahan tapi jiwa keramah-tamahan, kebersamaan dan kesopanan yang selalu dijunjung tinggi yang mungkin sudah tidak ada lagi di perkotaan.
Mang Etik pun bercerita bahwa untuk menanam padi harus bersamaan dengan penggarap lainnya di lokasi yang sama, sehingga tidak memungkinkan menggarap 1 petak sawah sementara petak lainnya tidak ditanami tanaman yang sama, hal ini untuk menghindari serangan hama juga yang lainnya. Sekali lagi aku belajar bahwa dengan berjamaah akan lebih dahsyat hasilnya, dengan kebersamaan sebagai satu tim akan lebih baik dibandingkan individualis yang egois.
Enaknya hidup di desa .. nyaman, tenang, asri penuh kehangatan J

Mau ke desa juga? Yuk ah kita beli sawah dulu hihihi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *