Taraweh Unik di Kampung Halaman

Setelah lebih dari 10 tahun, saya akhirnya dapat merasakan kembali taraweh di kampung halaman tercinta. Biasanya saya sholat taraweh di rumah saja. Tapi khusus malam ini, di hari yang seharusnya sudah memiliki presiden yang baru, saya merasa ingin sekali sholat di kampung halaman ini.

Masjid Al-Hidayah, salah satu masjid yang bersejarah buat saya pribadi karena di masjid tsb lah saya belajar ngaji waktu kecil. Bentuk masjid tidak terlalu banyak ada perubahan selain perbaikan atap dan lantai.

Sehabis sholat isya kemudian dilanjutkan ceramah menggunakan bahasa sunda, untunglah lumayan ngerti walaupun bahasa yang dipakai jenis sunda halus.

Yang membuat kaget adalah kecepatan sholat tarawehnya. Kami sholat taraweh 23 rakaat. Dari sholat isya, ceramah sampai selesai sholat taraweh diselesaikan hanya 45 menit saja, super ngebut sampai susah ngimbanginnya ;-p. Dan mungkin sudah sangat jarang banget masjid melaksanakan shalat taraweh 23 rakaat karena biasanya hanya 11 rakaat.

Mengenai pahala sholat, saya serahkan sama Allah saja, tapi yang jelas efek positif dari shalat taraweh malam ini adalah memberikan kebugaran ke tubuh secara fisik, serasa olahraga hehehe. Juga isi ceramah yang lumayan berguna untuk mengingatkan kembali pentingnya shodaqoh dan menjalankan semua perintah Allah.

Yang unik lagi setelah shalat taraweh selesai ada pembagian makanan ringan khusus di malam ganjil. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dari mulai saya masih kecil. Anak-anak kecil berbaris rapi menunggu pembagian makanan likuran tsb karena kebetulan sekali malam ini merupakan malam ke-25 Ramadhan dan mudah-mudahan kami semua mendapatkan lailatul qadar, malam yang lebih baik dari 1000 bulan, aamiin..

Baca juga:  Perjalanan Menuju Tanah Suci (Part 5)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *